Sigmund Freud adalah nama besar yang telah meninggalkan jejak-jejak pemikirannya pada kultur modern kita. Majalah Time tiga kali meliput dokter dari Austria itu sebagai cover story, pada tahun 1924, 1939 (tahun kematiannya), dan 1993. Bahkan, menjelang pergantian abad, majalah tersebut menobatkannya sebagai satu dari seratus tokoh yang paling berpengaruh sepanjang abad ke-20.
Pengaruh itu terus berlangsung sampai kini, karena kultur modern kita tak bisa dilepaskan dari bekas-bekas aktivitas intelektual Freud. Dalam psikologi, psikiatri, psikoterapi, dan ilmu perilaku pada umumnya, jelas besar sekali pengaruhnya, baik secara teoretis maupun klinis. Ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi dan antropologi budaya sering memanfaatkan temuan Freud; bahkan dalam filsafat pun Freud memainkan peran penting. Banyak filsuf besar memanfaatkan pemikirannya dalam karya-karya mereka, seperti tercermin dalam Mashab Frankfurt.
Di bidang kesenian, baik dalam seni rupa maupun dalam kesusastraan dan film, pengaruhnya sangat besar, teristimewa dalam aliran surrealisme. Pendidikan adalah contoh lain dalam konteks praktis, di mana pengaruhnya sangat mencolok. Pengaruhnya barangkali paling besar, sejauh penemu psikoanalisis itu ikut menentukan cara kita memandang dunia dan diri kita sendiri.
Ego - Super Ego - ID
Seperti yang kita ketahui, pada dasarnya manusia adalah makhluk individu dan sekaligus sosial. Adakalanya kita sebagai manusia merasa tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan yang lain, namun di sisi lain kita juga tak dapat begitu saja mengabaikan kepentingan diri sendiri yang paling pribadi. Keseimbangan antara kepentingan pribadi dan yang bersifat umum ini baik langsung maupun tidak pada akhirnya berpengaruh pada pola hubungan inter-manusiaEgo
Ego adalah keinginan yang terlahir dari diri kita yang ingin diwujudkan pada kehidupan nyata. Namun menyampaikan Ego seperti ini tidaklah mudah. Ego yang berisi keinginan murni tersebut selanjutnya akan ‘bertemu’ dulu dengan Super Ego yang berisi nilai nilai yang hidup di tengah masyarakat, yang berfungsi sebagai filter atas Ego.
Setelah Ego disaring oleh Super Ego maka pada fase selanjutnya akan termanifestasikan sebagai identitas diri (ID). Dari ID inilah akan dapat dilakukan penilaian, apakah hubungan antar manusia sudah cukup seimbang. Jika Ego tidak banyak tersaring oleh Super Ego -- yang pada akhirnya memunculkan ID --, maka kepentingan pribadi (individual) akan menjadi lebih dominan tanpa pertimbangan kepentingan bersama ,
jadi Super Ego adalah yang berisi serapan nilai, norma dan aturan, maka dipastikan akan berpengaruh pada pernyataan identitas diri atau (ID) di hadapan realitas sosial..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar